SABANG – Langkah Program Studi Hukum Ekonomi Syariah (HES) Institut Agama Islam (IAI) Al-Zaytun Indonesia untuk meraih predikat Akreditasi Unggul pada tahun 2026 semakin mantap dan terukur. Kabar membanggakan kali ini datang dari ujung barat Indonesia, tepatnya di Pulau Sabang, Aceh.
Dalam perhelatan bergengsi "International Community Service Collaboration" yang melibatkan akademisi lintas negara dari Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam pada 24 Juli 2025 lalu, Dosen senior IAI Al-Zaytun, Dr. Ali Aminulloh, S.Ag., M.Pd.I., ME, berhasil menorehkan prestasi gemilang. Beliau tidak hanya hadir sebagai partisipan, tetapi tampil memukau sebagai pemakalah hingga dianugerahi predikat "Best Award Presenter".
Mengusung tema besar "Global Sustainability and Community: Scholar's Synergy for Sabang Independence", konferensi ini menjadi ajang pembuktian bahwa pemikiran-pemikiran akademisi IAI Al-Zaytun sangat relevan dan solutif untuk isu-isu peradaban global.
Gagasan Besar: Literasi Hukum dan Kearifan Lokal
Dalam forum tersebut, Dr. Ali Aminulloh membawakan materi yang menitikberatkan pada pentingnya literasi hukum dalam membangun masyarakat berperadaban (civilized society). Beliau menekankan bahwa masyarakat madani diukur dari kepatuhan dan pemahaman mereka terhadap hukum—baik hukum positif maupun hukum syariah (maqashid syariah).
"Masyarakat berperadaban adalah masyarakat yang sadar hukum. Di mana transaksi ekonomi, interaksi sosial, dan penyelesaian sengketa dilakukan dengan prinsip keadilan. Akademisi HES harus turun memberikan pencerahan agar hukum tidak menjadi menara gading," tegas Dr. Ali.
Menariknya, konferensi ini juga membahas integrasi nilai-nilai lokal dalam pengembangan ekonomi, sebuah topik yang sangat dekat dengan kajian Hukum Ekonomi Syariah. Sebagaimana terlihat dalam sesi paralel, materi mengenai "Integrasi Kearifan Lokal dalam Pengembangan Ekowisata: Studi Kasus Danau Toba" turut dipresentasikan oleh M. Ade Kurnia Harahap. Hal ini menunjukkan bahwa diskursus dalam konferensi ini sangat kaya, menggabungkan aspek hukum, ekonomi, dan budaya.
Konektivitas dengan Instrumen Akreditasi Unggul
Prestasi ini bukan sekadar pencapaian personal, melainkan aset institusional yang berdampak langsung pada skor akreditasi Prodi HES. Jika kita bedah menggunakan pisau analisis instrumen BAN-PT, partisipasi ini menyumbang poin signifikan pada tiga kriteria utama:
1. Kriteria 4: Sumber Daya Manusia (Rekognisi Dosen) Salah satu indikator krusial dalam borang akreditasi adalah "Rekognisi Dosen". Asesor akan melihat seberapa banyak dosen tetap prodi yang mendapatkan pengakuan internasional. Predikat Best Award Presenter adalah bukti sahih bahwa kompetensi dosen HES diakui oleh komunitas akademik global (Malaysia & Brunei), mematahkan stigma "Jago Kandang" dan membuktikan daya saing (competitiveness) yang tinggi.
2. Kriteria 9: Luaran Tridharma (Publikasi & Diseminasi) Akreditasi Unggul menuntut luaran penelitian yang didesiminasikan (disebarluaskan). Presentasi di konferensi internasional (Oral Presentation) memiliki bobot penilaian tinggi. Gagasan yang dipresentasikan ini berpotensi diterbitkan dalam Prosiding Internasional Terindeks, yang akan mendongkrak skor publikasi ilmiah prodi.
3. Kriteria 5: Keuangan dan Sarana (Dukungan Institusi) Kehadiran dosen IAI Al-Aziz di forum internasional menunjukkan kesehatan tata kelola institusi. Asesor akan melihat bahwa kampus memiliki komitmen finansial (funding) yang kuat untuk mendukung pengembangan karir dosennya, memfasilitasi mereka untuk terbang tinggi menjemput ilmu dan jaringan baru.
Dampak bagi Mahasiswa: Academic Pride
Dampaknya bagi mahasiswa HES sangat besar. Pengalaman internasional yang dibawa pulang oleh dosen akan memperkaya materi perkuliahan. Mahasiswa akan mendapatkan perspektif global, tidak hanya terkungku pada teks buku, tetapi pada dinamika hukum dan ekonomi di negara-negara serumpun. Prestasi ini membangun Academic Pride (kebanggaan akademik), bahwa mereka dididik oleh dosen-dosen berkaliber internasional.
Penutup: Menjaga Konsistensi Menuju 2026
Pencapaian Dr. Ali Aminulloh adalah satu dari sekian banyak puzzle untuk melengkapi gambaran besar "HES Unggul 2026". Tugas selanjutnya adalah menjaga konsistensi dan mendorong lebih banyak dosen HES untuk berani tampil, meneliti, dan mengadu gagasan di forum internasional. Dengan sinergi dosen prestatif dan dukungan institusi, Insya Allah, Akreditasi Unggul adalah target yang rasional untuk dicapai.
(Kontributor: Agus Rojak Samsudin, Prodi Hukum Ekonomi Syariah IAI Al-AZIS)
Video Terkait: Visi Membangun Peradaban
Sebagai referensi visual mengenai landasan filosofis institusi dalam membangun masyarakat berperadaban (sebagaimana tema konferensi), simak dokumentasi visi Al-Zaytun berikut ini:


0 Komentar